Sejak
sekolah menengah seorang gadis , bernama Ani, tinggal di Surabaya, melakukan
hubungan intim dengan pamannya. Ia mengaku sulit melepaskan diri karena
mencintai dan mendapatkan kenikmatan seksual. Dokter ahli andronologi dan
seksologi Prof. DR. Dr Wimpie Pangkahila Sp. And, membahas hal ini dalam rubrik
seksologi tabloid gaya hidup sehat "Senior" beberapa waktu lalu.
"Saya
gadis 19 tahun, punya paman berusia 25 tahun. Dia sangat cakep, keren, macho,
genteng, pokoknya tipe lelaki idaman saya. Dia adik ibu saya. Kami saling
menyukai, tentu tanpa sepengetahuan keluarga. Kemana-mana kami berdua dan
hubungan intim pun terjadi. Kami tahu itu dilarang, tapi kami saling mencintai.
Hubungan intim sudah kami lakukan sejak saya duduk di SMA. Biasanya kami melakukanya
seminggu sekali. Tapi saya baru merasakan hubungan seks yang lengkap 30
Desember 2001 lalu. Saat itulah saya bisa merasakan nikmatnya hubungan seks.
Mengapa
waktu pertama kali saya melakukan hubungan seks, tidak mengeluarkan darah?
Apakah saya tidak normal?
Apakah
saya bisa hamil?
Apakah
yang disebut orgasme dan masturbasi itu?
Ketika
haid saya pernah melakukan hubungan seks. Apakah berbahaya?
Mengapa
kami tidak bisa menghentikan hubungan ini? Saya juga tidak punya selera pada
pemuda lain, meski banyak yang ingin menjadi pacar saya? Apakah ini normal?
Mengapa
paman juga tidak mau punya pacar, padahal banyak gadis yang ingin menjadi
pacarnya?
Pengetahuan
rendah
Pertanyaan
mengenai "darah perawan" menunjukkan si gadis masih dipengaruhi mitos
tentang yang satu ini, padahal seyogyanya, dia juga menerima informasi yang
benar tentang seksualitas. Dari pertanyaan itu, terlihat ada dua
ketidakmengertian. Pertama, mengenai istilah "darah perawan", yang
sebenarnya tidak ada. Kedua, mengenai kenikmatan seksual yang tidak ada
hubungannya dengan "darah perawan".
Tidak
benar bahwa perempuan harus mengeluarkan "darah perawan" ketika
pertama kali melakukan hubungan seksual. Tidak benar pula bahwa kenikmatan
seksual atau orgasme baru dapat dicapai bila perempuan mengeluarkan "darah
perawan". Sebab orgasme yang dirasakan tidak ada hubungannya dengan
keluarnya darah ketika melakukan hubungan seksual.
Istilah
"darah perawan" muncul karena pada masa lalu banyak perempuan atau
mungkin semua, mengeluarkan darah ketika pertama kali melakukan hubungan
seksual. Padahal perdarahan itu terjadi karena pihak perempuan tidak siap dan
tidak cukup terangsang. Keadaan yang tidak sehat ini berlangsung karena pada
masa itu perempuan hanya dianggap sebagai obyek pemuas seksual suaminya.
Bila
perempuan dalam keadaan siap dan cukup terangsang maka hubungan seksual
berlangsung dengan baik sehingga tidak terjadi perdarahan. Jadi kalau perempuan
tidak mengeluarkan darah, berarti pada saat itu ia cukup siap dan terangsang.
Keadaan cukup terangsang ini dinyatakan dengan orgasme yang kemudian dapat
dicapai oleh si perempuan dalam kasus diatas.
Sperma
yang diejakulasikan di luar vagina, dimaksudkan untuk mencegah kehamilan. Cara
seperti ini yang disebut dengan senggama terputus, memang merupakan cara
sederhana untuk mencegah kehamilan . Tetapi bukan berarti setiap sperma masuk
ke dalam vagina pasti menimbulkan kehamilan. Kehamilan hanya mungkin terjadi
kalau sperma masuk melalui vagina pada saat perempuan mengalami yang masa
subur.
Jadi
hubungan seksual yang dilakukan di luar masa subur, meskipun sperma masuk ke
dalam vagina, pasti tidak akan menimbulkan kehamilan.
Karena
Orgasme
Memang
tidak mudah menghentikan hubungan seksual, apalagi kalau dapat menikmatinya.
Jadi bukan yang hal aneh bila pasangan tersebut tidak dapat menghentikan
hubungan seksual yang dilakukan sekian lama itu.Lain halnya bila keduanya –atau
salah seorang- tidak dapat merasakan orgasme atau kenikmatan seksual itu.
Hubungan
seksual yang dilakukan pada saat menstruasi, tidak akan menimbulkan akibat,
apalagi sampai merusak kelamin perempuan. Hal ini sebenarnya telah dibuktikan
sendiri oleh si perempuan yang mengaku pernah melakukan hubungan seksual pada
saat menstruasi dan ternyata tidak mengalami akibat apa pun.
Mengenai
ketidaktertarikan terhadap laki-laki lain, itu sangat mudah dimengerti. Pada
usia remaja dia sudah kenal sang paman secara dekat, bahkan telah berhubungan
seksual yang membuatnya merasakan orgasme. Pengalaman yang menyenangkan ini
membuat si perempuan yang masih remaja menjadi sangat terikat kepada laki-laki
tersebut. Keadaan mungkin berubah bila terjadi masalah yang tidak menyenangkan
dalam hubungan dengan sang paman.
Demikian
juga pada sisi lain, yaitu sang paman. Kalau dia memang menyenangi dan
mencintai keponakannya, tentu saja dia tidak akan tertarik kepada perempuan
lain. Keadaan akan berbeda kalau kemudian timbul masalah yang menganggu ikatan
emosionalnya dengan si perempuan.
Mengenai
masturbasi yang juga ditanyakan, istilah ini menunjukkan aktivitas seksual
berupa rangsangan pada kelamin oleh diri sendiri. Pada perkembangannya istilah
masturbasi bisa berarti memberikan rangsangan pada kelamin pasangan. Istilah
yang lebih populer ialah onani, walaupun sebenarnya tidak tepat.
Bagikan
Seks Pranikah!!
4/
5
Oleh
Unknown