Assalamu'alaikum Wr. Wb
Semoga Allah Sang Penguasa Alam Semesta ini memberikan kelancaran kepada kita semuanya dalam meniti, mencari
Sahabat E-4 All Orang mengenal istilah puber
kedua. Ketika kehidupan keluarga dan finansial relatif sudah mapan, maka
sebagian orang menginginkan sesuatu yang berbeda dalam hidupnya. Sebuah
hubungan yang sering kali malah tidak mapan meski bukan selingkuh secara fisik.
Augustine Sukarlan Basri,
psikolog dan pengajar pada Fakultas Psikologi Universitas Indonesia,
mengatakan, sebagian orang sering kali menyebutnya sekadar
"selingan". Meski hanya berupa selingan, sebuah hubungan yang tak
sekadar teman biasa tetap punya kemungkinan untuk melibatkan emosi dan fisik
keduanya secara lebih intens.
"Orang sering kali
menganggap selingan itu bukan selingkuh karena sekadar berbagi. Tetapi, kalau
pertemuan dengan teman itu sudah menumbuhkan perasaan lain di hati, maka ini
patut diwaspadai. Misalnya, orang merasa pertemuannya dengan teman itu bisa
meningkatkan semangat hidupnya, membuatnya jadi pengin tampil keren," kata
Titien, panggilan akrab Augustine.
Seharusnya, keinginan orang untuk
bersemangat atau tampil sebaik mungkin tak perlu dikarenakan adanya sosok
khusus itu. Titien mencontohkan, seorang guru tentu akan berusaha keras tampil
menarik dan berwibawa di depan muridnya. Begitu juga seorang manajer akan
berlaku di depan anak buahnya.
Kehidupan mapan memang sering
kali diiringi dengan rutinitas. Hal ini pada suatu titik tertentu bisa membuat
orang merasa jenuh, lelah. Di sini diperlukan penyegaran, atau kesempatan
keluar dari rutinitas sehari-hari. Pada saat ini, kalau kebetulan orang itu
bertemu dengan seseorang yang cocok—enak diajak curhat, punya kesamaan minat,
bisa bernostalgia—dia bisa merasakannya sebagai sesuatu yang
"menyegarkan".
"Kalau sekadar untuk keluar
dari rutinitas, tak masalah. Tetapi, kalau keterusan, ini bisa jadi masalah. Di
sini diperlukan pengendalian diri yang kuat. Banyak contoh orang tergelincir,
yang tadinya cuma asyik saling SMS-SMS-an, berlanjut bertemu dan merasa cocok.
Ini tak aman untuk orang yang sudah menikah," tuturnya.
Ibarat barang baru
Titien mengibaratkan hubungan
intens sesaat atau selingan itu seperti barang baru yang menyita perhatian
orang. Situasi baru yang dihadapi, apalagi kalau dibarengi dengan sensasi yang
menyenangkan, akan membuat orang tertarik menikmatinya.
"Seperti kalau kita beli tas
atau sepatu baru. Kan, pengin terus-menerus memakainya, sementara tas yang lama
rasanya kok usang dan enggak menarik lagi. Ini karena orang sudah melihat
kekurangan pada pasangannya, hal yang tak muncul pada hubungan dengan orang
baru atau saat bertemu lagi dengan pacar lama," ujarnya.
Menurutnya, bila memang Anda
menganggap hubungan dengan seseorang itu sekadar selingan, tak ada salahnya
bila bercerita kepada pasangan. Dengan demikian, pasangan pun tahu dan tak
merasa Anda mengabaikannya.
"Misalnya, kalau suami
senang sepak bola, sementara istrinya tidak. Lalu, suami punya teman perempuan
yang juga gila bola dan mereka nonton bareng. Ini kalau dibicarakan secara
terbuka tak menimbulkan masalah. Ini juga membuat Anda tak melihat pasangan
hanya dari sisi negatifnya saja. Bagaimanapun, setiap orang punya kelebihan dan
kekurangan kan," ucap Titien mengingatkan.
Bagikan
Puber Kedua: Kuncinya Pengendalian Diri dan Toleransi
4/
5
Oleh
Unknown