Thursday 14 February 2013

Profil, Visi dan Misi Cagub/Cawagub No.5

Rieke Diah Pitaloka Intan Purnamasari
Nama Rieke Diah Pitaloka Intan Purnamasari bisa dibilang bukan politisi karbitan. Sejak berkecimpung di dunia politik pada 2007 lalu, wanita kelahiran Garut, Jawa Barat, pada 8 Januari 1974 itu aktif sudah menduduki sejumlah posisi penting di partai.

Menapaki karir pertama sebagai Wakil Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pimpinan Muhaimin Iskandar, nama Rieke semakin dikenal di dunia politik.

Kemudian pada 2009 lalu, Rieke memutuskan untuk mengundurkan diri dari partai berbasis massa Islam itu dan bergabung ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) pimpinan Megawati Soekarnoputri.

Bermodal keartisan yang dia miliki, Rieke mencalonkan diri sebagai calon legislatif (caleg) dalam Pemilihan Legislatif 2009 lalu. Langkah tersebut ternyata tak salah, Rieke akhirnya tembus menjadi Wakil Rakyat di DPR untuk mewakili Daerah Pemilihan Jawa Barat II untuk periode 2009-2014.

Rieke mengaku, awalnnya terjun ke dunia politik karena gregetan dengan hukum Indonesia yang berjalan tidak sesuai koridor. Apalagi, terdapat stigma bahwa artis di dunia politik hanya digunakan sebagai pajangan.

Sebelumnya, pengagum Bung Karno itu telah mempelajari seluk beluk ilmu politik sejak 1995 lalu. Saat runtuhnya rezim Orde Baru, Rieke pun ikut ambil bagian dari bagian kemahasiswaan.

Rieke juga tergabung dalam Gerakan Mahasiswa UI Aliansi Pro Demokrasi Anti-Militerisme. Oleh karena itu, dia membantah jika ada sebagian kalangan yang mencapnya sebagai politikus instan.

Keputusan Rieke untuk terjun di dunia politik ternyata harus dibayar mahal. Dia kerap mendapat hal-hal yang tidak menyenangkan lantaran terlalu vokal menyuarakan aspirasi rakyat.

Ancaman pun kerap didapatkan wanita yang dikenal sebagai Oneng dalam sitkom Bajaj Bajuri. Namun wanita yang kini duduk sebagai anggota Komisi IX DPR itu tidak pantang menyerah.

Tahun ini, Rieke menjajal keberuntungannya untuk memerebutkan posisi Jawa Barat 1 yang akan digelar pada Februari 2013 mendatang melalui PDI Perjuangan. Bersama aktivis dan penggiat antikorupsi, Teten Masduki, mereka siap bersaing dengan pasangan lainnya

Teten Masduki
Dunia anti-korupsi bisa disebut sebagai dunia yang membesarkan nama Teten Masduki. Penggiat Indonesia Corruption Watch ini, sudah cukup asam garam untuk melakukan pemberantasan korupsi di Indonesia.

Siapa yang menyangka, Teten berasal dari keluarga petani. Ayahnya, Masduki, dan ibunya, Ena Hindasyah, pernah meminta anaknya untuk tidak menjadi pegawai negeri sipil dan tentara.

Semula bercita-cita menjadi insinyur pertanian, namun akhirnya Teten memilih kuliah di jurusan kimia IKIP Bandung. Meski demikian, sejak SMA hingga saat kuliah, Teten sering ikut kelompok diskusi dan mempelajari masalah sosial.

Pada 1985, Teten akhirnya terjun di dunia aktivis. Kali pertama turun ke jalan, Teten melakukan aksi demontrasi membela petani Garut yang tanahnya dirampas. Selepas menamatkan pendidikan di IKIP, Teten diajak bergabung ke LSM informasi dan studi hak asasi manusia.

Dia memulai aktivitasnya sebagai staf peneliti pada Institut Studi dan Informasi Hak Asasi Manusia (1978-1989). Dia kemudian dipercaya menjadi Kepala Litbang Serikat Buruh Merdeka Setiakawan (1989-1990). Dari sana, dia beranjak menjabat Kepala Divisi Perburuhan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (1990-2000).

Ketika itu dia makin banyak berhubungan dengan buruh. Apalagi pada saat yang bersamaan, dia juga aktif sebagai Koordinator Forum Solidaritas Buruh (1992-1993) dan Koordinator Konsorsium Pembaruan Hukum Perburuhan (1996-1998).

Memasuki era reformasi, Teten aktif sebagai Koordinator Indonesia Corruption Watch (1998-sekarang). Keterlibatannya di ICW didorong kegeramannya melihat merajalelanya korupsi di negeri ini.

Prestasi puncak yakni mengungkap kasus suap yang melibatkan Jaksa Agung Andi M Ghalib pada masa pemerintahan BJ Habibie. Gebrakannya melalui ICW itu memaksa Andi Ghalib turun dari jabatannya.

Atas kerja kerasnya, Teten dianugerahi Suardi Tasrif Award pada 1999. Teten juga mendapat penghargaan Ramon Magsaysay 2005 dari Yayasan Magsaysay, Filipina, atas perjuangannya dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia. Penyerahan penghargaan dilakukan di Manila pada 29 Agustus 2005.

VISI:
JABAR BARU-JABAR BERSIH
JAWA BARAT BARU YANG ADIL DAN MAKMUR MELALUI PELAYANAN BIROKRASI YANG BERSIH, BERPIHAK PADA EKONOMI KERAKYATAN DENGAN BERBASIS BUDAYA

MISI:

  1. MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA MELALUI PENDIDIKAN, KECUKUPAN GIZI PANGAN RAKYAT, DAN KEMUDAHAN AKSES PELAYANAN KESEHATAN
  2. MENINGKATKAN PELAYANAN BIROKRASI YANG BERSIH DAN PROFESIONAL YANG BERORIENTASI PADA PELAYANAN PUBLIK
  3. MENINGKATKAN TARAF HIDUP MASYARAKAT MELALUI PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA, PENGUATAN AKSES INFORMASI, MODAL DAN PASAR, SERTA SARANA PENINGKATAN KEMAMPUAN PRODUKSI RAKYAT
  4. MENINGKATKAN KOORDINASI DENGAN PEMERINTAH PUSAT DAN KABUPATEN/KOTA UNTUK MEWUJUDKAN PEMERATAAN DAN KESEIMBANGAN PEMBANGUNAN ANTARA WILAYAH YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN
  5. MEMELIHARA DAN MEMPERKOKOH TOLERANSI KEHIDUPAN UMAT BERAGAMA DAN KERAGAMAN SOSIAL-BUDAYA

Bagikan

Jangan lewatkan

Profil, Visi dan Misi Cagub/Cawagub No.5
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.