Rieke
Diah Pitaloka Intan Purnamasari
Nama Rieke Diah Pitaloka Intan
Purnamasari bisa dibilang bukan politisi karbitan. Sejak berkecimpung di dunia
politik pada 2007 lalu, wanita kelahiran Garut, Jawa Barat, pada 8 Januari 1974
itu aktif sudah menduduki sejumlah posisi penting di partai.
Menapaki
karir pertama sebagai Wakil Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pimpinan Muhaimin
Iskandar, nama Rieke semakin
dikenal di dunia politik.
Kemudian
pada 2009 lalu, Rieke memutuskan untuk mengundurkan diri dari partai berbasis
massa Islam itu dan bergabung ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P)
pimpinan Megawati Soekarnoputri.
Bermodal keartisan yang dia
miliki, Rieke mencalonkan diri sebagai calon legislatif (caleg) dalam Pemilihan
Legislatif 2009 lalu. Langkah tersebut ternyata tak salah, Rieke akhirnya
tembus menjadi Wakil Rakyat di DPR untuk mewakili Daerah Pemilihan Jawa Barat
II untuk periode 2009-2014.
Rieke mengaku, awalnnya terjun ke
dunia politik karena gregetan dengan hukum Indonesia yang berjalan tidak sesuai
koridor. Apalagi, terdapat stigma bahwa artis di dunia politik hanya digunakan
sebagai pajangan.
Sebelumnya, pengagum Bung Karno
itu telah mempelajari seluk beluk ilmu politik sejak 1995 lalu. Saat runtuhnya
rezim Orde Baru, Rieke pun ikut ambil bagian dari bagian kemahasiswaan.
Rieke juga tergabung dalam
Gerakan Mahasiswa UI Aliansi Pro Demokrasi Anti-Militerisme. Oleh karena itu,
dia membantah jika ada sebagian kalangan yang mencapnya sebagai politikus
instan.
Keputusan Rieke untuk terjun di
dunia politik ternyata harus dibayar mahal. Dia kerap mendapat hal-hal yang
tidak menyenangkan lantaran terlalu vokal menyuarakan aspirasi rakyat.
Ancaman pun kerap didapatkan
wanita yang dikenal sebagai Oneng dalam sitkom Bajaj Bajuri. Namun wanita yang
kini duduk sebagai anggota Komisi IX DPR itu tidak pantang menyerah.
Tahun ini, Rieke menjajal
keberuntungannya untuk memerebutkan posisi Jawa Barat 1 yang akan digelar pada
Februari 2013 mendatang melalui PDI Perjuangan. Bersama aktivis dan penggiat
antikorupsi, Teten Masduki, mereka siap bersaing dengan pasangan lainnya
Teten
Masduki
Dunia anti-korupsi bisa disebut
sebagai dunia yang membesarkan nama Teten Masduki. Penggiat Indonesia
Corruption Watch ini, sudah cukup asam garam untuk melakukan pemberantasan
korupsi di Indonesia.
Siapa yang
menyangka, Teten berasal dari keluarga petani. Ayahnya, Masduki, dan ibunya,
Ena Hindasyah, pernah meminta anaknya untuk tidak menjadi pegawai negeri sipil
dan tentara.
Semula bercita-cita menjadi
insinyur pertanian, namun akhirnya Teten memilih kuliah di jurusan kimia IKIP
Bandung. Meski demikian, sejak SMA hingga saat kuliah, Teten sering ikut
kelompok diskusi dan mempelajari masalah sosial.
Pada 1985, Teten akhirnya terjun
di dunia aktivis. Kali pertama turun ke jalan, Teten melakukan aksi demontrasi
membela petani Garut yang tanahnya dirampas. Selepas menamatkan pendidikan di
IKIP, Teten diajak bergabung ke LSM informasi dan studi hak asasi manusia.
Dia memulai aktivitasnya sebagai
staf peneliti pada Institut Studi dan Informasi Hak Asasi Manusia (1978-1989).
Dia kemudian dipercaya menjadi Kepala Litbang Serikat Buruh Merdeka Setiakawan
(1989-1990). Dari sana, dia beranjak menjabat Kepala Divisi Perburuhan Yayasan
Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (1990-2000).
Ketika itu dia makin banyak
berhubungan dengan buruh. Apalagi pada saat yang bersamaan, dia juga aktif
sebagai Koordinator Forum Solidaritas Buruh (1992-1993) dan Koordinator
Konsorsium Pembaruan Hukum Perburuhan (1996-1998).
Memasuki era reformasi, Teten
aktif sebagai Koordinator Indonesia Corruption Watch (1998-sekarang). Keterlibatannya
di ICW didorong kegeramannya melihat merajalelanya korupsi di negeri ini.
Prestasi puncak yakni mengungkap
kasus suap yang melibatkan Jaksa Agung Andi M Ghalib pada masa pemerintahan BJ
Habibie. Gebrakannya melalui ICW itu memaksa Andi Ghalib turun dari
jabatannya.
Atas
kerja kerasnya, Teten dianugerahi Suardi Tasrif Award pada 1999. Teten juga
mendapat penghargaan Ramon Magsaysay 2005 dari Yayasan Magsaysay, Filipina,
atas perjuangannya dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia. Penyerahan penghargaan
dilakukan di Manila pada 29 Agustus 2005.
VISI:
JABAR BARU-JABAR BERSIH
JAWA BARAT BARU YANG ADIL DAN
MAKMUR MELALUI PELAYANAN BIROKRASI YANG BERSIH, BERPIHAK PADA EKONOMI
KERAKYATAN DENGAN BERBASIS BUDAYA
MISI:
- MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA MELALUI PENDIDIKAN, KECUKUPAN GIZI PANGAN RAKYAT, DAN KEMUDAHAN AKSES PELAYANAN KESEHATAN
- MENINGKATKAN PELAYANAN BIROKRASI YANG BERSIH DAN PROFESIONAL YANG BERORIENTASI PADA PELAYANAN PUBLIK
- MENINGKATKAN TARAF HIDUP MASYARAKAT MELALUI PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA, PENGUATAN AKSES INFORMASI, MODAL DAN PASAR, SERTA SARANA PENINGKATAN KEMAMPUAN PRODUKSI RAKYAT
- MENINGKATKAN KOORDINASI DENGAN PEMERINTAH PUSAT DAN KABUPATEN/KOTA UNTUK MEWUJUDKAN PEMERATAAN DAN KESEIMBANGAN PEMBANGUNAN ANTARA WILAYAH YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN
- MEMELIHARA DAN MEMPERKOKOH TOLERANSI KEHIDUPAN UMAT BERAGAMA DAN KERAGAMAN SOSIAL-BUDAYA
Bagikan
Profil, Visi dan Misi Cagub/Cawagub No.5
4/
5
Oleh
Unknown