Salah satu hak dan kewajiban setiap warga Negara Indonesia adalah
mendapatkan pendidikan, dengan tidak melihat adanya perbedaan ras dan
keturunan, serta mempunyai tujuan sangat mulia, sebagaimana tujuannya tercantum
dalam Undang-undang Nomor 2003 Bab II Pasal 3 yang berbunyi :
Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi Warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Kegiatan proses belajar mengajar di sekolah sebagai bukti diadakannya
pendidikan Nasional yang tujuannya tidak lain adalah sebagaimana yang telah
disebutkan di atas.
Keberhasilan suatu proses kegiatan belajar mengajar di sekolah dalam
rangka mencapai tujuan yang diharapkan, sangat dipengaruhi dan erat kaitannya
dengan beberapa faktor, seperti faktor guru, siswa, sarana dan prasarana dan
terutama dukungan dari orang-tua baik itu berbentuk moral, materi, maupun dalam
usahanya menciptakan keluarga yang agamis, dengan memberikan bimbingan di rumah
dalam menerapkan pendidikan agama Islam dalam keluarga, sehingga siswa
termotivasi dalam belajar pendidikan agama Islam di sekolah.
Bimbingan orang tua di rumah mempunyai peranan yang sangat penting dan
merupakan salah satu faktor yang dapat membangkitkan motivasi siswa untuk
sungguh-sungguh dalam belajar khususnya pendidikan agama Islam. Keluarga
merupakan unit terkecil di masyarakat yang memegang peranan penting dalam
rangka pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Keluarga adalah ikatan
laki-laki dan wanita yang berdasarkan hukum atau undang-undang perkawinan yang
sah.
Di dalam keluarga ini lahirlah anak-anak dan di sinilah pertama kali
terjadi interaksi pendidikan, bahkan pendidikan dan pembentukan kepribadian
yang berkualitas dalam diri anak adalah dimulai dari pemilihan calon untuk
dijadikan pasangan dalam suatu pernikahan untuk membentuk suatu rumah tangga.
Sebagaimana Nabi Muhammad Saw memerintahkan kepada kaum muslimin dan muslimat
untuk memilih orang-orang shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam
mendapatkan pasangan untuk pernikahannya. Karena suami ataupun istri yang tidak
shalih tidak akan menghasilkan keturunan yang shalih, dan sebaliknya bilamana
calon pasangannya shalih, maka akan melahirkan buah hati yang shalih yang
menjadi dambaan setiap orang-tua dan akan terciptanya sebuah rumah tangga yang sakinah,
mawaddah dan warohmah, yang membuat anak akan terdidik dengan
baik. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Hakim, bahwa Rasulullah Saw telah
bersabda :
Artinya:
“Pilih-pilihlah buat menitipkan nuthfah (benih) kalian, nikahilah
orang-orang yang sekufu
(sepadan), dan nikahkanlah di antara sesama mereka” (HR. Al Hakim).
Pendidikan didalam keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan yang
paling utama, karena didalam keluarga inilah anak pertama kalinya mendapatkan
pendidikan. Di samping itu pendidikan didalam keluarga mempunyai pengaruh dalam
kehidupan peserta didik kemudian hari.
Tanggung jawab orang-tua dalam mendidik dan membimbing anak-anak sangat
besar sekali, terutama dalam hal pendidikan agama Islam, dimana itu semua demi
teraihnya kebahagiaan di dunia maupun di akhirat kelak. Sebagaimana Allah SWT
berfirman dalam Al-Qur’an surat At-Tahrim ayat 6, Allah memperingatkan agar
kita beserta keluarga memelihara diri dari siksa api neraka, yang bunyinya
sebagai berikut:
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu”.
Begitu jelasnya firman Allah dari ayat di atas, bahwa tanggung jawab orang-tua
terhadap anaknya sangat besar sekali, perhatian harus benar-benar tercurah demi
masa depan keluarganya, bimbingan harus diberikan secara optimal kepada
anak-anaknya terhadap pendidikan yang menyelamatkan keluarga dari siksa api
neraka, seperti di antaranya mengajarkan shalat dari sejak dini, sebagaimana
Nabi Muhammad saw telah berpesan sebagai berikut:
Artinya:
“Apabila seorang anak telah dapat
membedakan antara tangan kanan dan tangan kiri, maka hendaklah kamu suruh dia
mengerjakan sembahyang” (HR. Abu Daud).
Dalam pelaksanaan bimbingan pendidikan agama Islam terhadap anak, orang tua
mempunyai pengaruh yang sangat besar, dalam hal ini dapat dilakukan oleh orang-tua
secara langsung atau mendatangkan guru yang ada di masyarakat sekaligus dalam
pengawasan orang-tua, sekurang-kurangnya dapat berpeluang siswa termotivasi
akan pendidikan. Karena pada dasarnya manusia diciptakan oleh Allah SWT, dengan
terlahir dalam keadaan lemah, baik fisik mental maupun akalnya, Ia belum dapat
berbuat banyak selain menangis, sudah barang tentu dalam keadaan semacam ini,
seorang anak tidak akan dapat mengurus dirinya sendiri. Oleh karena itu, anak
yang baru lahir sangat membutuhkan perhatian, dan pemeliharaan dari orang-tuanya
atau dari anggota keluarganya. Anak mau dibagaimanakan tergantung dari orang-tuanya,
sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW:
Artinya :
“Tiap-tiap anak yang dilahirkan
dalam keadaan suci, sehingga Fasihlah daripadanya, lidahnya, maka kedua orang-tuanyalah
yang menjadikan anak tersebut Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR. Aswad Bin Sar).
Dengan melihat dalil di atas, maka kita dapat mengambil kesimpulan,
kalau orang-tua menginginkan anaknya menjadi orang yang memeluk agama Islam dan
ta’at terhadap hukum-hukum agama Islam, maka orang-tuanya harus dapat
memberikan bimbingan kepada anaknya dengan sepenuh hati, baik itu berbentuk
moral, materi, maupun dengan menciptakan lingkungan keluarga yang agamis
sehingga anak termotivasi untuk mau mempelajari berbagai ilmu agama Islam
dengan sungguh-sungguh, yang akhirnya ia menjadi orang yang hafal terhadap
ilmu-ilmu agama Islam, lalu pada akhirnya tercapainya kebahagiaan di dunia dan
akhirat kelak.
Sebagai orang-tua sudah sepantasnya memberikan bimbingannya dalam rangka
menerapkan PAI didalam keluarga dengan sepenuh hati, penuh kasih sayang.
Sebagai indikator dari bimbingan tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Zakiyah Daradjat, yaitu:
“Orang-tua harus betul-betul
membimbing, memberi perhatian, dan asuhan agar si anak memahami, menghayati,
dan mengamalkan ajarannya”.
Di samping itu kegiatan pendidikan di berbagai lembaga, berorientasi
kepada usaha bagaimana agar peserta didik belajar dengan baik dan menjadi
sukses, terlebih lagi dengan pendidikan agama Islam, selain meraih kesuksesan
di dunia tetapi menjadi dambaan mendapatkan kesuksesan di akhirat kelak dengan
menjalankan keta’atan kepada Allah SWT. sebagaimana yang disampaikan H. Sukarno
dan Ahmad Supardi (dalam Khursyd Ahmad, 1992:7-8) sebagai berikut:
Pendidikan agama Islam adalah
pendidikan yang berazaskan ajaran atau tuntunan agama Islam dalam usaha membina
dan membentuk pribadi-pribadi muslim yang taqwa kepada Allah SWT, cinta dan
kasih sayang kepada sesama, orang-tua, dan cinta kepada tanah airnya sebagai
karunia yang telah diberikan oleh Allah SWT, memiliki kemampuan dirinya dan
alam sekitarnya, sehingga bermanfa’at dan memberikan keselamatan bagi dirinya
dan masyarakat pada umumnya.
Oleh karena itu pelaksanaan pendidikan atau bimbingan, hendaknya
dilakukan sebagai usaha bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Orang-tua
sebagai orang yang terdekat dalam lingkup keluarga dalam membimbing dan
mengarahkan anaknya khususnya dalam pendidikan agama Islam sebagai bahan acuan
anaknya kelak.
Adapun dalam motivasi belajar Pendidikan Agama Islam
di sekolah, sebagaimana diketahui motivasi
adalah kecenderungan atau suatu sifat yang merupakan pokok pertentangan dalam
diri seseorang yang membangkitkan topangan dan mengarahkan
tindakan-tindakannya. Artinya, seseorang yang termotivasi belajar sesuatu maka
tindak-tanduknya akan cenderung mengarah kepada sesuatu yang ia pelajari sesuai
dengan minatnya.
Motivasi amat penting dalam proses pembelajaran karena
motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku
manusia supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal.
Seperti halnya dalam suatu perusahaan, motivasi semakin penting karena manager
membagikan pekerjaan pada bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan
terintegrasi kepada tujuan yang diinginkan.
Dalam konteks studi psikologi, Abin Syamsuddin Makmun (2003:134)
mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa
indikator, di antaranya:
(1) durasi kegiatan;
(2) frekuensi kegiatan;
(3) persistensi pada kegiatan;
(4) ketabahan, keuletan dan
kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan;
(5) devosi dan pengorbanan untuk
mencapai tujuan;
(6) tingkat aspirasi yang hendak
dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;
(7) tingkat kualifikasi prestasi
atau produk (out put) yang
dicapai dari kegiatan yang dilakukan;
(8) arah sikap terhadap sasaran
kegiatan.
Dengan penjelasan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa bimbingan orang-tua
di rumah menerapkan pendidikan agama Islam dalam keluarga erat hubungannya
dengan motivasi siswa di sekolah.
Bagikan
PERAN ORANG TUA DALAM MENERAPKAN PENDIDIKAN DI LINGKUNGAN KELUARGA
4/
5
Oleh
Unknown