Monday 14 January 2013

PERAN ORANG TUA DALAM MENERAPKAN PENDIDIKAN DI LINGKUNGAN KELUARGA

Salah satu hak dan kewajiban setiap warga Negara Indonesia adalah mendapatkan pendidikan, dengan tidak melihat adanya perbedaan ras dan keturunan, serta mempunyai tujuan sangat mulia, sebagaimana tujuannya tercantum dalam Undang-undang Nomor 2003 Bab II Pasal 3 yang berbunyi :
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi Warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Kegiatan proses belajar mengajar di sekolah sebagai bukti diadakannya pendidikan Nasional yang tujuannya tidak lain adalah sebagaimana yang telah disebutkan di atas.

Keberhasilan suatu proses kegiatan belajar mengajar di sekolah dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, sangat dipengaruhi dan erat kaitannya dengan beberapa faktor, seperti faktor guru, siswa, sarana dan prasarana dan terutama dukungan dari orang-tua baik itu berbentuk moral, materi, maupun dalam usahanya menciptakan keluarga yang agamis, dengan memberikan bimbingan di rumah dalam menerapkan pendidikan agama Islam dalam keluarga, sehingga siswa termotivasi dalam belajar pendidikan agama Islam di sekolah.

Bimbingan orang tua di rumah mempunyai peranan yang sangat penting dan merupakan salah satu faktor yang dapat membangkitkan motivasi siswa untuk sungguh-sungguh dalam belajar khususnya pendidikan agama Islam. Keluarga merupakan unit terkecil di masyarakat yang memegang peranan penting dalam rangka pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Keluarga adalah ikatan laki-laki dan wanita yang berdasarkan hukum atau undang-undang perkawinan yang sah.

Di dalam keluarga ini lahirlah anak-anak dan di sinilah pertama kali terjadi interaksi pendidikan, bahkan pendidikan dan pembentukan kepribadian yang berkualitas dalam diri anak adalah dimulai dari pemilihan calon untuk dijadikan pasangan dalam suatu pernikahan untuk membentuk suatu rumah tangga. Sebagaimana Nabi Muhammad Saw memerintahkan kepada kaum muslimin dan muslimat untuk memilih orang-orang shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam mendapatkan pasangan untuk pernikahannya. Karena suami ataupun istri yang tidak shalih tidak akan menghasilkan keturunan yang shalih, dan sebaliknya bilamana calon pasangannya shalih, maka akan melahirkan buah hati yang shalih yang menjadi dambaan setiap orang-tua dan akan terciptanya sebuah rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan warohmah, yang membuat anak akan terdidik dengan baik. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Hakim, bahwa Rasulullah Saw telah bersabda :
Artinya:
“Pilih-pilihlah buat menitipkan nuthfah (benih) kalian, nikahilah orang-orang yang sekufu (sepadan), dan nikahkanlah di antara sesama mereka” (HR. Al Hakim).

Pendidikan didalam keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan yang paling utama, karena didalam keluarga inilah anak pertama kalinya mendapatkan pendidikan. Di samping itu pendidikan didalam keluarga mempunyai pengaruh dalam kehidupan peserta didik kemudian hari.

Tanggung jawab orang-tua dalam mendidik dan membimbing anak-anak sangat besar sekali, terutama dalam hal pendidikan agama Islam, dimana itu semua demi teraihnya kebahagiaan di dunia maupun di akhirat kelak. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat At-Tahrim ayat 6, Allah memperingatkan agar kita beserta keluarga memelihara diri dari siksa api neraka, yang bunyinya sebagai berikut:
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”.

Begitu jelasnya firman Allah dari ayat di atas, bahwa tanggung jawab orang-tua terhadap anaknya sangat besar sekali, perhatian harus benar-benar tercurah demi masa depan keluarganya, bimbingan harus diberikan secara optimal kepada anak-anaknya terhadap pendidikan yang menyelamatkan keluarga dari siksa api neraka, seperti di antaranya mengajarkan shalat dari sejak dini, sebagaimana Nabi Muhammad saw telah berpesan sebagai berikut:
Artinya:
“Apabila seorang anak telah dapat membedakan antara tangan kanan dan tangan kiri, maka hendaklah kamu suruh dia mengerjakan sembahyang” (HR. Abu Daud).

Dalam pelaksanaan bimbingan pendidikan agama Islam terhadap anak, orang tua mempunyai pengaruh yang sangat besar, dalam hal ini dapat dilakukan oleh orang-tua secara langsung atau mendatangkan guru yang ada di masyarakat sekaligus dalam pengawasan orang-tua, sekurang-kurangnya dapat berpeluang siswa termotivasi akan pendidikan. Karena pada dasarnya manusia diciptakan oleh Allah SWT, dengan terlahir dalam keadaan lemah, baik fisik mental maupun akalnya, Ia belum dapat berbuat banyak selain menangis, sudah barang tentu dalam keadaan semacam ini, seorang anak tidak akan dapat mengurus dirinya sendiri. Oleh karena itu, anak yang baru lahir sangat membutuhkan perhatian, dan pemeliharaan dari orang-tuanya atau dari anggota keluarganya. Anak mau dibagaimanakan tergantung dari orang-tuanya, sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW:
Artinya :
“Tiap-tiap anak yang dilahirkan dalam keadaan suci, sehingga Fasihlah daripadanya, lidahnya, maka kedua orang-tuanyalah yang menjadikan anak tersebut Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR. Aswad Bin Sar).

Dengan melihat dalil di atas, maka kita dapat mengambil kesimpulan, kalau orang-tua menginginkan anaknya menjadi orang yang memeluk agama Islam dan ta’at terhadap hukum-hukum agama Islam, maka orang-tuanya harus dapat memberikan bimbingan kepada anaknya dengan sepenuh hati, baik itu berbentuk moral, materi, maupun dengan menciptakan lingkungan keluarga yang agamis sehingga anak termotivasi untuk mau mempelajari berbagai ilmu agama Islam dengan sungguh-sungguh, yang akhirnya ia menjadi orang yang hafal terhadap ilmu-ilmu agama Islam, lalu pada akhirnya tercapainya kebahagiaan di dunia dan akhirat kelak.

Sebagai orang-tua sudah sepantasnya memberikan bimbingannya dalam rangka menerapkan PAI didalam keluarga dengan sepenuh hati, penuh kasih sayang. Sebagai indikator dari bimbingan tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Zakiyah Daradjat, yaitu:
“Orang-tua harus betul-betul membimbing, memberi perhatian, dan asuhan agar si anak memahami, menghayati, dan mengamalkan ajarannya”.

Di samping itu kegiatan pendidikan di berbagai lembaga, berorientasi kepada usaha bagaimana agar peserta didik belajar dengan baik dan menjadi sukses, terlebih lagi dengan pendidikan agama Islam, selain meraih kesuksesan di dunia tetapi menjadi dambaan mendapatkan kesuksesan di akhirat kelak dengan menjalankan keta’atan kepada Allah SWT. sebagaimana yang disampaikan H. Sukarno dan Ahmad Supardi (dalam Khursyd Ahmad, 1992:7-8) sebagai berikut:
Pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang berazaskan ajaran atau tuntunan agama Islam dalam usaha membina dan membentuk pribadi-pribadi muslim yang taqwa kepada Allah SWT, cinta dan kasih sayang kepada sesama, orang-tua, dan cinta kepada tanah airnya sebagai karunia yang telah diberikan oleh Allah SWT, memiliki kemampuan dirinya dan alam sekitarnya, sehingga bermanfa’at dan memberikan keselamatan bagi dirinya dan masyarakat pada umumnya.

Oleh karena itu pelaksanaan pendidikan atau bimbingan, hendaknya dilakukan sebagai usaha bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Orang-tua sebagai orang yang terdekat dalam lingkup keluarga dalam membimbing dan mengarahkan anaknya khususnya dalam pendidikan agama Islam sebagai bahan acuan anaknya kelak.
Adapun dalam motivasi belajar Pendidikan Agama Islam di sekolah, sebagaimana diketahui motivasi adalah kecenderungan atau suatu sifat yang merupakan pokok pertentangan dalam diri seseorang yang membangkitkan topangan dan mengarahkan tindakan-tindakannya. Artinya, seseorang yang termotivasi belajar sesuatu maka tindak-tanduknya akan cenderung mengarah kepada sesuatu yang ia pelajari sesuai dengan minatnya.

Motivasi amat penting dalam proses pembelajaran karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Seperti halnya dalam suatu perusahaan, motivasi semakin penting karena manager membagikan pekerjaan pada bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan terintegrasi kepada tujuan yang diinginkan.

Dalam konteks studi psikologi, Abin Syamsuddin Makmun (2003:134) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, di antaranya:
(1) durasi kegiatan;
(2) frekuensi kegiatan;
(3) persistensi pada kegiatan;
(4) ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan;
(5) devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan;
(6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;
(7) tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan;
(8) arah sikap terhadap sasaran kegiatan.

Dengan penjelasan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa bimbingan orang-tua di rumah menerapkan pendidikan agama Islam dalam keluarga erat hubungannya dengan motivasi siswa di sekolah.

Bagikan

Jangan lewatkan

PERAN ORANG TUA DALAM MENERAPKAN PENDIDIKAN DI LINGKUNGAN KELUARGA
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.